Langsung ke konten utama

Terkena Phishing

Peralihan dari tahun 2023 ke tahun 2024 menjadi masa-masa penuh cobaan bagi keluargaku. Mulai dari Desember 2023, suami mengalami tabrakan beruntun 3 mobil dan harus mengganti rugi 2 mobil di depannya yang kena tabrak, lalu dilanjutkan event pindahan yang menguras banyak energi dan biaya. Ditambah puncaknya 2 minggu setelah pindahan, aku terkena sms phising dan voice phising yang menguras seluruh tabungan yang aku punya.


Asal mulanya aku terima sms yang bunyinya disuru update alamat karena paket ketahan. Berhubung baru pindahan dan banyak pesan paket untuk rumah baru, jadi tahu-tahu aku buka dan masukkin kartu kredit untuk bayar 10ribu supaya paket diantar. Lalu setelah aku lakukan itu tahu-tahu ada laporan transaksi di kartu kredit aku sebesar 20juta.

5 hari setelah itu aku terima telepon, biasa telepon tidak kenal tidak aku angkat tapi baru aja aku nerima telepon dari gojek yang nganter paket frozen food. Berhubung hari itu aku mesen frozen food dari 2 tempat berbeda, jadi aku angkat telponnya. Di situ aku menerima suara otomatis yang menyatakan bahwa layanan bpjs aku akan dihentikan, sedangkan aku tidak pernah apply layanan bpjs, sehingga aku mengikuti instruksi disana untuk mengkonfirmasi ulang. Disitu diberitahukan bahwa data bpjs aku aktif. Sebelumnya ada pancingan untuk mengecek data bpjs dengan menyebutkan NIK (hati-hati ya karena ini adalah jebakan)

Petugas BPJS bersuara wanita itu menyarankan untuk segera melaporkan ke polisi karena data aku disalahgunakan untuk mengklaim obat-obatan yang masuk golongan narkotika. Lalu dia menawarkan bantuan untuk menyambungkan ke kepolisian yang ada di Bandung karena lokasi kejadian klaim obat-obatannya ada di Bandung.

Pada saat menuliskan hal ini, jujur aku masih berdebar-debar. Satu, karena pengalaman itu begitu traumatis. Kedua, karena hingga hari ini aku masih merasa bodoh sekali bisa terjebak dalam permainan mereka dan mengapa polos sekali bisa percaya semua yang dikatakan tanpa ada rasa curiga sama sekali.

Singkat cerita, melalui telepon itu seluruh dataku bobol termasuk rekening bank, sidik jari, video wajah 360 derajat, handphone ku juga kena hack. Kejadian itu sangat mengguncang jiwaku, membuatku sampai sekarang benar-benar tidak mau mengangkat telepon dari nomor tidak dikenal. Jadi takut bertransaksi yang membutuhkan input kartu kredit ataupun memencet link dari website.

Setelah kejadian itu rekening aku terblokir lalu aku harus lapor ke kepolisian untuk membuka kembali akun rekening bank tersebut.

Apakah ada harapan uang yang sudah hilang bisa kembali? Jelas tidak, karena dilihat dari sudut manapun, bank menganggap transaksi itu dilakukan dari hp aku yang terkena hack jadi mereka tidak bisa bertanggung jawab untuk itu.

Semoga pengalaman ini menjadi pembelajaran baik untukku maupun pembaca supaya tidak jatuh di lubang yang sama.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

 Aku ingat tahun 2020, 3 tahun lalu pas awal mulai pandemik, dimana anak tidak bisa kemana-mana harus terkurung di rumah. Lalu kita tidak tahu harus kasih stimulasi seperti apa, ngajak main seperti apa, dan satu-satunya aktivitas yang kita tahu dia pasti suka dan bikin dia anteng adalah nonton TV, sehingga durasi nonton TVnya jadi meledak tidak terkendali. Dari situ, aku mulai cari-cari informasi di social media dan ketemulah satu kelas kulwap berjudul "The Difficult Child." by MHA (Montessori Haus Asia). Waktu itu sebelum pandemi, anakku sempat trial sekolah 3 bulan di Sunny Glow, besutan MHA pada saat itu, sehingga aku follow akun itu dan ketemu info kelas tersebut. Yang pasti waktu itu, penuh pertanyaan ya di kepalaku, dan waktu itu aku mengenal Montessori hanya sebatas kulit luar aja, info-info dari baca buku atau baca artikel di Internet. Yang aku tangkap saat itu, Montessori thu pakai rak terbuka, setiap material harus diletakkan di nampan, dan anak bebas ambil yang ma

10 Langkah bagi Ibu Rumah Tangga untuk Comeback Membangun Karier di Dunia Digital

  Dunia digital adalah dunia dimana orang bisa saling membangun hubungan tanpa dibatasi oleh jarak dan waktu. Kita semua dari belahan dunia manapun bisa terkoneksi satu dengan yang lain melalui internet. Hal ini merubah cara orang dalam mencari kerja dan membangun karier. Kalau dahulu, Perusahaan mencari tenaga kerja melalui iklan di koran atau fokus mencari lulusan dari universitas tertentu, maka sekarang Perusahaan pemberi kerja bisa mengepost lowongan dari situs lowongan pekerjaan seperti jobstreet atau glints. Pencari kerja pun tidak fokus dalam mencari lowongan, namun mereka dapat membangun eksistensi dan portofolio mereka hingga para pemberi kerja yang mencari mereka ketika mereka sudah punya nama. Tidak hanya kaum fresh graduate yang mengalami kesulitan mencari kerja saat baru lulus, namun para Ibu rumah tangga yang vakum cukup lama dari dunia profesional karena fokus membersamai buah hati mereka. Saat mereka ingin comeback ke dunia kerja, banyak perubahan yang terjadi yang